Senin, 12 Agustus 2013

Nyatanya Aku Masih Melangkah


nyatanya langkah kakiku tak terhenti
nyatanya tatapan mataku masih sigap berani
nyatanya rengkuh tanganku tak lalu patah dan mati
nyatanya doa-doaku masih aku panjatkan tulus dari hati
dan
nyatanya detak jantungku malah semakin memacuku berlari

tiada yang abadi dari sebuah pertemuan, dari sebuah perbincangan juga dari sebuah kedekatan. Begitupun dengan perpisahan, dengan kepergian dan lambaian tangan. Iya, tiada yang abadi untuk sebuah cinta mati dan patah hati. Ada yang pergi ketika ada yang akan datang, begitupun ada yang datang ketika ada yang akan pergi. Serasa semuanya ilusi. Hari ini dia, padahal sebelumnya kamu, dan malah besok berganti dengan mereka. Siapalah yang tahu? Hari ini kita, padahal sebelumnya aku dan kamu, dan besok menjadi aku kamu dan dia. Adakah sebelumnya kamu tahu? (mungkin)

Ada kalanya waktu memberi kesempatan untuk mencipta pertemuan, kemudian digandengnya, kadang ia berlari-lari kecil, kemudian ia berlari kencang dan bahkan sesekali ia beku. Dan ada masanya waktu benar-benar beku untuk jarak yaaaaaaang panjang. Iya, ada. Ketika waktu mempertemukan kita dengan perpisahan yang tak pernah diharapkan, yang tak pernah dibayangkan, berat rasanya, rasanya b e r a t.

Namun, semesta menjanjikan kekekalan. Ada yang baru menyapa bumi ketika ada yang kembali ke bumi,  begitupun, ada yang datang ketika ada yang pergi. Tiada yang abadi untuk kepergian, tiada yang abadi untuk kedatangan lagi dan kepergian lagi dan kedatangan lagi dan s e t e r u s n y a. Yang datang saat ini bukan berarti dia yang akan menjadi yang abadi, bisa saja dia yang datang saat ini adalah dia yang sedang menyiapkan kepergiannya esok hari dan yang pergi esok hari tidak selalu dia yang bisa kembali lagi suatu saat nanti. Maka terus berjalanlah engkau langkah kaki, menggapai yang sejati, abadi, tiada henti memacu do'a dan juntai harap yang suci. Iya, sampai nanti, sampai suatu waktu langkah kaki ini yang membawa raga pergi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar